Pages

Ads 468x60px

Saturday, 25 March 2017

Cara Menghapal Vocab dengan mudah

Teknik Mudah Menghafal Vocabulary Bahasa Inggris Dengan Otak Kanan & Cepat Hafal


Menurut saya ada 5 tahap dalam mengingat dan menambah koleksi vocabulary, diantaranya:

1. Curiosity / rasa ingin tahu
Sebenarnya ini kunci semua ilmu. Kalau anda punya rasa suka dan ingin tahu yang besar terhadap sesuatu dan mencoba mempelajarinya, insya Allah jadi jago. Kalau saya membiasakan diri membaca artikel berbahasa Inggris setiap hari, entah dari Business Insider, Businessweek, CNBC, emagazine luar, dll., agar bisa ketemu vocab baru, karena dengan begitu hampir dipastikan ketemu kosakata / vocabulary yang saya belum tahu artinya. Dan jika saya menemukan vocab yang saya belum mengerti itu maka saya akan segera…

2. Mencari tahu
Ya, jika saya mendapatkan vocab baru yang saya tidak tahu artinya, saya akan segera mencarinya ke Google Translate atau kamus di handheld / smartphone saya. Atau kalau tidak sempat, saya mencatatnya dulu di Handheld saya itu, biar nanti pas lagi senggang saya bisa cari. Saya biasa mencatatnya di aplikasi ColorNote. Dan jika saya sudah mengetahui artinya, maka saya akan…

3. Mencatat
Saya biasa mencatat vocab baru ini ke dalam file Microsoft Excel saya. Contohnya seperti di bawah ini:

 

Selain artinya, saya juga biasa menuliskan contoh penggunaan kalimatnya. Saya menaruh file excel ini di laptop, lalu menguploadnya ke Google Drive dan smartphone saya. Jadi saya bisa buka di komputer kantor dan juga di smartphone saya (saya menggunakan aplikasi Kingsoft Office). Kalau ada vocab yang sudah hafal, sebaiknya vocab tersebut dipisahkan ke sheet baru. Biar bisa fokus ke vocab yang belum paham dan hafal.

4. Menghafal dan memahami dengan teknik plesetan dan "nyama-nyamain"
Setelah mencatat, hal yang paling crucial disini adalah menghafal dan memahami. Kalau menghafal teknik biasa, bakal sulit buat saya. Bakal gampang lupa. Jadi caranya adalah dengan menggunakan “otak kanan”. Saya jika menemukan suatu vocab baru, saya akan mengait-ngaitkan (pengucapan, kemiripan bunyi, dll.) vocab baru itu dengan suatu hal yang sudah akrab dengan pikiran saya. Alhamdulillah-nya, saya punya kapasitas kegaringan tingkat tinggi, terutama soal plesetan, yang membutuhkan otak kanan :p

Misal : Saya mendapatkan vocab “Rectify”. Setelah itu saya cari di Google Translate, dan ketemu artinya:
Verb. Memperbaiki, membetulkan, meralat.

Lalu saya lihat Rectify saya jadi ingat sahabat saya, Rex, dan saya coba mengaitkannya. Rec dan Rex, mirip khan? Kebetulan saya punya sahabat namanya Rex, dan dia seorang pemilik & direktur sebuah perusahaan konsultan. Dan saya sering melihat dia memperbaiki dan meralat laporan pekerjaan dari anak buahnya. Jadi deh disambung-sambungin. Garing ya :D. Gpp, yang penting saya hafal, heu.

Contoh lain, saya ketemu kata Reminiscence, yang artinya kenangan, kenang-kenangan, atau ciri yang mengingatkan sesuatu. 

Ketika saya ketemu vocab ini, saya jadi inget kebiasaan saya main main capsa / kartu remi waktu jaman kuliah (ga pakai duit lho, cuma main :p. sekarang sudah ga lagi ) bersama sobat-sobat saya. Dan ini jadi kenangan bagi saya. Langsung deh saya ingat arti kata Reminiscence.

5. Menggunakan dalam kalimat
Setelah itu, biar lebih ‘tahan lama’ nempel di memori kita, coba pakai koleksi vocabulary baru kita itu ke dalam kalimat. Coba saja kita ngomong sendiri di depan kaca (jangan takut dibilang gila :D ) dan juga mencoba menulis di komputer atau buku. Syukur-syukur anda bisa praktek ngobrol sama orang pakai bahasa Inggris. Yang penting, Anda Jangan Takut Salah dalam Praktek. Yakinlah kita bisa lebih baik dari Vicky, yang berani practice ngomong English dan ga takut salah (padahal salah)

Cr : Google
By : Delia Eka Putri

Jenis-Jenis Phobia

Fobia

Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia, subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan di mana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.

Fobia sosial dan fobia spesifik

Fobia sosial dikenal juga sebagai gangguan anxietas sosial, fobia sosial adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk mengindari situasi sosial dan ini tidak disebebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti gagap, jerawat atau gangguan kepribadian).[1]
Fobia spesifik ditandai oleh ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang paling sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu mendapatkan pengobatan. Pada fobia terjadi salah-pindah kecemasan pada barang atau keadaan yang mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua mekanisme pembelaan, yaitu salah-pindah dan simbolisasi.[1] Ada banyak macam fobia yang dinamakan menurut barang atau keadaan. Apabila berhadapan dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan mengalami perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas dan jantung berdebar. Sebagian besar orang dewasa yang menderita fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan anxietas yang hebat daripada mengungkapkan gangguannya.[1]

Istilah

Beberapa istilah sehubungan dengan fobia:
  • Achluophobia - ketakutan terhadap kegelapan.
  • Aerofobia - ketakutan akan udara.
  • Afrophobia - ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
  • Agoraphobia - takut pada tempat umum
  • Androphobia - ketakutan kepada laki-laki.
  • Antlophobia - takut akan banjir.
  • Arachnophobia - ketakutan pada laba-laba.
  • Arithmophobia - takut akan angka.
  • Bibliophobia - takut pada buku.
  • Caucasophobia - ketakutan akan orang dari ras Kaukasus.
  • Cenophobia - takut akan ruangan yang kosong.
  • Claustrophobia - takut akan ruang sempit seperti lift.
  • Dendrophobia - takut pada pohon.
  • Dentofobia - takut akan gigi
  • Ecclesiophobia - takut pada gereja.
  • Felinophobia - takut akan kucing.
  • Genuphobia - takut akan lutut.
  • Hydrophobia - ketakutan akan air.
  • Hyperphobia - takut akan ketinggian.
  • Iatrophobia - takut akan dokter.
  • Islamofobia - takut akan islam.
  • Japanophobia - ketakutan akan orang Jepang.
  • Lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran.
  • Lygopobia - ketakutan akan kegelapan.
  • Necrophobia - takut akan kematian.
  • Panophobia - takut akan segalanya.
  • Photophobia - ketakutan akan cahaya.
  • Radiofobia - ketakutan akan radiasi.
  • Ranidaphobia - takut pada katak.
  • Schlionophobia - takut pada sekolah.
  • Tripofobia - ketakutan akan lubang yang banyak.
  • Thalassofobia - ketakutan akan laut.
  • Vestifobia - ketakutan akan pakaian.
  • Uranophobia - ketakutan akan surga.
  • Urbanophobia - ketakutan akan kota.
  • Xanthophobia - ketakutan pada warna kuning.
  • Nomofobia - takut/gelisah ketika tidak memegang smartphone.
  • Astrafobia - ketakutan pada petir.

Friday, 24 March 2017

About Astral Projection

Astral Projection

Proyeksi Astral (atau perjalanan astral) adalah istilah yang digunakan dalam esoterisme untuk menggambarkan pengalaman keluar dari tubuh atas keinginan sendiri, yang diduga sebagai suatu bentuk dari telepati,[1][2] yang mengasumsikan adanya jiwa atau kesadaran yang disebut "tubuh astral" yang terpisah dari tubuh fisik dan mampu melakukan perjalanan ke luar ke seluruh penjuru alam semesta.[3][4][5]
Pemikiran mengenai perjalanan astral berakar dari esoterisme dan okultisme, dan dimunculkan ke permukaan oleh ahli teosofi, filsuf yang mengeksplorasi asal mula dunia alami secara mistis dan supranatural, pada abad ke-19.[3] Hal ini terkadang dilaporkan berhubungan dengan mimpi-mimpi dan bentuk-bentuk meditasi.[6] Beberapa orang telah melaporkan persepsi yang mirip dengan deskripsi-deskripsi dari proyeksi astral yang diinduksi melalui berbagai bentuk halusinasi dan hipnosis (termasuk hipnosis diri sendiri). Tidak ada bukti ilmiah bahwa ada kesadaran atau jiwa yang terpisah dari aktivitas saraf normal atau bahwa seseorang dapat secara sadar meninggalkan tubuhnya dan melakukan pengamatan.[7] Klaim-klaim mengenai bukti-bukti ilmiah proyeksi astral bersifat semu.[8][9][10][11][12][13][14]

Sumber-sumber

Dunia barat

Menurut pemikiran ahli-ahli HermetisismeNeoplatonisme, dan kemudian Teosofi dan Rosikrusian zaman klasik, pertengahan, dan renaisans, tubuh astral adalah tubuh cahaya perantara yang menghubungkan jiwa rasional dengan tubuh fisik dan bidang astral adalah dunia cahaya perantara antara Surga dan Bumi, yang terdiri atas hamparan planet dan bintang. Dunia astral ini dihuni oleh para malaikat, setan, dan roh.[15][16]
Makhluk-makhluk halus tersebut dan tempat keberadaan mereka terkait merupakan bagian penting dari sistem esoteris yang berhubungan dengan fenomena astral. Dalam ajaran neoplatonisme dari Plotinos, misalnya, setiap individu adalah mikrokosmos ("dunia kecil") dari alam semesta (makrokosmos atau "dunia besar").[17]
Seringkali makhluk-makhluk tersebut dan bidang keberadaan mereka digambarkan sebagai serangkaian lingkaran konsentris, dengan tubuh yang terpisah melintasi wilayah masing-masing.[18] Pemikiran mengenai astral mulai muncul ke permukaan dalam karya okultis Perancis abad kesembilan belas, Eliphas Levi, yang diadopsi dan dikembangkan lebih lanjut oleh Teosofi, dan kemudian digunakan oleh gerakan esoteris lainnya.

Injil[

Carrington, Muldoon, Peterson, dan Williams, ahli-ahli terkenal dalam bidang proyeksi astral, mengklaim bahwa tubuh halus melekat pada tubuh fisik dengan perantara rantai perak fisik.[19][20] Bab terakhir dari Kitab Pengkhotbah sering dikutip menyebutkan hal ini: "Sebelum rantai perak dilepaskan, atau mangkuk emas hancur, atau cerek pecah di air mancur, atau kemudi patah di sumur."[21] Tetapi, Scherman berpendapat bahwa konteksnya hanya sebuah metafora, yang membandingkan tubuh dengan mesin dan rantai perak mengacu pada tulang belakang.[22]
Surat Paulus Kedua kepada jemaat di Korintus lebih umum disepakati merujuk kepada bidang astral;[23] "aku mengenal seorang Kristen, empat belas tahun yang lalu, (entah di dalam tubuh aku tidak tahu, atau di luar tubuh aku tidak tahu, hanya Tuhan yang tahu) yang diangkat ke surga tingkat ketiga..."[24] Pernyataan ini memunculkan Visio Pauli, suatu jalur yang memberikan penglihatan tentang surga dan neraka, cikal bakal dari visi yang dikaitkan dengan Adomnan dan Tnugdalus serta Divina Commedia karya Dante.

Mesir kuno

Konsep serupa dari perjalanan jiwa muncul dalam berbagai tradisi religius lainnya. Misalnya, ajaran Mesir kuno menyebutkan bahwa jiwa (ba) memiliki kemampuan untuk melayang-layang di luar tubuh fisik melalui ka atau tubuh halus.[25]

Tionghoa

Praktik alkimia pengikut Tao melibatkan penciptaan energi tubuh dengan meditasi pernapasan, yang menggambarkan energi sebagai 'mutiara' yang kemudian "beredar".[26]"Xiangzi ... dengan drum sebagai bantalnya jatuh tertidur pulas, mendengkur, dan tak bergerak. Tetapi, roh primordialnya langsung pergi ke ruang perjamuan dan berkata, "tuanku, aku di sini lagi." ... Ketika Tuizhi berjalan ... para pejabat melihat, benar-benar ada seorang Tao sedang tidur di tanah dan mendengkur seperti guntur. Tetapi, di dalam, di ruang samping, ada pengikut Tao lainnya sedang memukul drum dan menyanyikan lagu Tao. Para pejabat semua mengatakan, "Meskipun ada dua orang yang berbeda, wajah dan pakaian mereka sama persis. Jelas ia adalah seorang yang abadi yang dapat membagi tubuhnya dan muncul di beberapa tempat pada saat bersamaan. ..." ... Pada saat itu, pengikut Tao di samping kamar berjalan ke luar dan pengikut Tao yang tidur di tanah terbangun. Keduanya bergabung menjadi satu."[27]

Referensi

    Apa Hypnotherapy Itu ?

    Hypnotherapy


    Hipnotherapi adalah terapi yang dilakukan pada subjek dalam kondisi Hipnosis.
    Kata "Hipnosis" adalah kependekan dari istilah James Braid's (1843) "neuro-hypnotism", yang berarti "tidurnya sistem syaraf". Orang yang terhipnotis menunjukan karakteristik tertentu yang berbeda dengan yang tidak, yang paling jelas adalah mudah disugesti. Hipnotherapi sering digunakan untuk memodifikasi perilaku subjek, isi perasaansikap, juga keadaan seperti kebiasaan disfungsional, kecemasan, sakit sehubungan stress, manajemen rasa sakit, dan perkembangan pribadi.

    Sekilas Tentang Hypnosis

    Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconscious), di mana tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebih (phobia), trauma ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami hipnosis masih dapat menyadari apa yang terjadi di sekitarnya berikut dengan berbagai stimulus yang diberikan oleh terapis.
    Terapi hypnosis (hypnotherapy) kini merupakan fenomena ilmiah, namun hingga kini masih belum terdapat definisi yang jelas, bagaimana sebenarnya mekanisme kerja hypnotherapy. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa hipnotherapi menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di otak, encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya.
    Sementara menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical SchoolLondon, guna menginduksi otak dilakukan dengan mem provokasi otak kiri untuk non aktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan untuk mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat otak fokus pada suatu hal secara monoton menggunakan suara dengan intonasi datar (seolah-olah tidak ada hal penting yang perlu diperhatikan).
    Secara umum mekanisme kerja hypnotherapy sangat terkait dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang dapat diukur menggunakan alat bantu EEG (Electroenchepalograph). Berikut diuraikan berbagai gelombang otak disertai dengan aktivitas yang terkait:
    • Beta (14 – 25 Hz)(normal);
      Atensi, kewaspadaan, kesigapan, pemahaman, kondisi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kecemasan, ketidaknyamanan, kondisi lawan/lari
    • Alpha (8 – 13 Hz)(meditatif);
      Relaksasi, pembelajaran super, fokus relaks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin, kondisi pra-tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar (unconscious)
    • Theta (4 – 7 Hz)(meditatif);
      Tidur bermimpi (tidur REM/Rapid Eye Movement), peningkatan produksi catecholamines (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, hypnogogic imagery, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious)
    • Delta (0,5 – 3 Hz)(tidur dalam);
      Tidur tanpa mimpi, pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang kesadaran pada sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar (unconscious) dan memberikan sensasi yang sangat mendalam ketika diinduksi dengan Holosinc

    Tinjauan Sejarah

    Kasus pencabutan gigi pertama menggunakan hypnosis dilakukan pertama kali pada tahun 1823. Diikuti dengan proses melahirkan menggunakan hypnosis pada tahun 1826.
    Selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, hipnoteprapi digunakan untuk memberikan perlakuan pada para prajurit yang mengalami trauma. Pada tahun 1955British Medical Association menyatakan bahwa hypnosis layak digunakan untuk mengobati hysteria dan digunakan sebagai anastesi. Tahun 1958American Medical Association membuat pernyataan yang sama sekaligus mengkritik keras hypnosis yang ditujukan sebagai hiburan/pertunjukan (stage performance). Tahun 1960American Psychological Association membentuk dewan penilai kelayakan seorang hypnotis.
    Kini beberapa Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi telah memberikan mata kuliah hypnosis. Adapun universitas yang memiliki jurusan khusus hypnosis adalah UniversitasPepperdine di California.

    Hypnotherapy

    Hypnosis secara perlahan telah menunjukkan keberadaannya seiring dengan semakin meningkatnya penerimaan pada dunia medis. Hypnosis banyak digunakan dibidang seperti pengobatan dan olahraga untuk mengubah mekanisme otak manusia dalam menginterprestasikan pengalaman dan menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku. Aplikasi hypnosis untuk tujuan perbaikan (therapeutic) dikenal sebagai hypnotherapy.
    Hipnotherapi telah terbukti memiliki beragam kegunaan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang berkenaan dengan emosi dan perilaku. Bahkan beberapa kasus medis serius seperti kanker dan serangan jantung, hipnotherapi mempercepat pemulihan kondisi seorang penderita. Hal ini sangat dimungkinkan karena hipnotherapi diarahkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memprogram ulang penyikapan individu terhadap penyakit yang dideritanya.
    Hypnosis sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan dengan kecemasan, ketegangan, depresi, phobia dan dapat membantu untuk menghilangkan kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada rokok, alkohol dan obat-obatan. Dengan memberi sugesti, seseorang terapis dapat membangun berbagai kondisi emosional positif berkenaan dengan menjadi seorang bukan perokok dan penolakan terhadap rasa ataupun aroma rokok.
    Khusus untuk phobiahypnotherapy digunakan untuk mereduksi kecemasan yang mengambil alih kontrol individu atas dirinya. Hal ini dapat diwujudkan dengan menciptakan suatu gambaran nyata tentang kondisi yang menyebabkan phobia namun individu tetap dalam kondisi relax, sehingga membantu mereka untuk menyesuaikan ulang reaksi mereka pada kondisi yang menyebabkan phobia menjadi normal dan respon yang lebih tenang.
    Hypnotherapy dapat digunakan untuk membawa orang mundur ke masa lampau atau Regresi kehidupan masa lalu untuk mengobati trauma dengan memberikan kesempatan untuk mengubah “fokus” perhatian.
    Hypnotherapy juga dapat digunakan untuk meningkatkan optimalitas pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran, hypnotherapy dapat aplikasikan untuk meningkatkan daya ingat, kreativitas, fokus, merubuhkan tembok batasan mental (self limiting mental block) dan lainnya.

    Black Hole

    Lubang hitam

    Lubang hitam adalah bagian dari ruang waktu yang merupakan gravitasi paling kuat, bahkan cahaya tidak bisa kabur. Teori Relativitas Umum memprediksi bahwa butuh massa besar untuk menciptakan sebuah Lubang Hitam yang berada di Ruang Waktu. Di sekitar Lubang Hitam ada permukaan yang di sebut Event Horizon. Lubang ini disebut "hitam" karena menyerap apapun yang berada disekitarnya dan tidak dapat kembali lagi, bahkan cahaya. Secara teoretis, lubang hitam dapat memliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang dapat diamati. Teori Medan Quantum dalam Ruang-waktu melengkung memprediksi bahwa Event Horizon memancarkan radiasi disekitarnya dengan suhu yang terbatas. Suhu ini berbanding terbalik dengan massa Lubang hitam, sehingga sulit untuk diamati Lubang hitam bermassa bintang atau lebih.

    Sejarah

    Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernama Karl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking.
    Istilah lubang hitam mulai populer ketika John Archibald Wheeler menggunakannya pada ceramah-ceramahnya pada tahun 1967. Walaupun ia dianggap luas sebagai pencetus pertama istilah ini, namun ia selalu menampik dengan pernyataan bahwa ia bukanlah penemu istilah ini.

    Asal-mula lubang hitam

    Pada mulanya, bintang terbentuk dengan kondisi dimana tingkat radiasi dan gravitasinya seimbang. Saat bintang kehabisan bahan bakar untuk melakukan fusi, tingkat radiasi keluar semakin melemah dibanding dengan gaya gravitasi ke dalam. Darisana, maka bintangnya kolaps, dan kemudian mengalami ledakan supernova. Dalam ledakan ini, ada dua kemungkinan hasilnya. Salah satu diantaranya adalah lubang hitam.

    Kematian lubang hitam

    Lubang hitam akan mati melalui proses Radiasi Hawking. Proses ini sederhananya seperti membongkar bagian per bagian dari lubang hitam. Selama berjalannya waktu, lubang hitam akan terus mengecil dan mengecil, hingga akhirnya mengalami ledakan super besar, bahkan ribuan kali lebih besar daripada ledakan bom Hiroshima dan Nagasaki. Akan tetapi, proses ini cenderung memakan waktu cukup lama. Sedangkan ukuran lubang hitam pastilah besar. Maka bisa jadi kita sebagai manusia tidak akan menyaksikan apa-apa dari peristiwa ini.


    Something More About Hypnotic

    Hipnosis adalah suatu kondisi mental (menurut state theory) atau diberlakukannya peran imajinatif (menurut non-state theory)[1][2][3][4] Orang yang melakukan proses hipnosis (memberikan sugesti) terhadap subjek disebut hipnotis (bahasa inggris:hypnotist). Hipnosis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnosis, yang umumnya terdiri dari rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti.[5] Sugesti hipnosis dapat disampaikan oleh seorang hipnotis di hadapan subjek, atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek (Self-hipnosis). Penggunaan hipnosis untuk terapi disebut hipnoterapi, sedangkan penggunaannya sebagai bentuk hiburan bagi penonton dikenal sebagai Stage hipnosis.

    Definisi hipnosis

    Istilah hipnosis pertama kali dicetuskan oleh James Braid pada tahun 1843[6]
    Definisi hipnosis sendiri sangat beragam, di antaranya:

    Definisi hipnosis menurut Divisi ke-30 APA

    Hipnosis pada umumnya terkait dengan pengenalan sebuah prosedur selama subjek tersebut disugesti untuk mengalami suatu pengalaman imajinatif. Induksi hipnosis merupakan sugesti inisial yang luas menggunakan imajinasi seseorang dan mungkin mengandung perincian lebih lanjut pada introduksinya. Sebuah prosedur hipnosis biasanya digunakan untuk memberikan dukungan dan mengevaluasi respon sugesti. Ketika menggunakan hipnosis, seseorang (subjek) dipimpin oleh orang lain (hypnotist) untuk memberikan respon terhadap sugesti untuk berubah pada pengalaman subjektifnya, perubahan persepsi, sensasi, emosi, pikiran atau tingkah laku. Orang tersebut dapat juga mempelajari hipnosis diri sendiri (self hypnosis) yang merupakan tindakan untuk mengatur prosedur hipnosis atas kemauan orang tersebut. Jika subjek berespon terhadap sugesti hipnotis, umumnya menandakan bahwa hipnosis telah berhasil dilakukan. Banyak pihak meyakini bahwa respon hipnosis dan pengalaman merupakan karakteristik keadaan hipnosis. Di lain pihak, diyakini bahwa penggunaan kata ‘hipnosis’ tidak diperlukan sebagai bagian dari induksi hipnotik, sedangkan pihak lain meyakini bahwa hal tersebut penting.
    Detail prosedur hipnotik dan sugesti akan berbeda, tergantung dari tujuan praktisi dan kegunaan klinis atau penelitian. Prosedur tradisional melibatkan sugesti untuk santai, walau relaksasi tidak perlu dilakukan untuk hipnosis dan variasi sugesti yang luas dapat digunakan, termasuk sugesti yang membuat seseorang lebih waspada. Sugesti yang menimbulkan perpanjangan waktu hipnotis harus dinilai dengan membandingkan respon terhadap skala terstandardisasi yang digunakan pada keadaan klinis dan penelitian. Ketika mayoritas individual berespon terhadap sekurang-kurangnya beberapa sugest, kisaran nilai dari standardidasi dari nilai yg tinggi hingga rata-rata. Secara tradisional, nilai dikelompokkan menjadi kategori rendah, sedang, dan tinggi. Sebagaimana pada kasus dengan pengukuran skala positif pada konstruksi psikologis, seperti perhatian, kewaspadaan, dan bukti tercapainya keadaan hipnosis akan meningkatkan nilai individual. [7]

    Definisi hipnosis menurut KBBI

    Hipnosis : keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali;[8]
    Hipnotis : membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hipnosis [8]

    Definisi hipnosis menurut Kamus Katolik modern

    Hipnotisme merupakan suatu fenomena yang menyebabkan tidur secara buatan, yang mengakibatkan sang korban secara tidak normal dapat terbuka untuk mengikuti saran/sugesti. Subyek hipnosis cenderung didominasi oleh ide-ide dan saran-saran dari yang meng-hipnotis, ketika di induksi dengan sugesti atau sesudahnya. Menurut prinsip-prinsip Gereja Katolik, hipnotisme sendiri tidak salah, sehingga penggunaannya di dalam kondisi-kondisi tertentu diizinkan. Namun karena hipnotisme mencabut sang subyek, atau pasien, dari penggunaan akal budi dan kehendak bebasnya secara penuh, [maka] diperlukan sebuah sebab yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memperbolehkan hipnotis ini dipraktikkan. Lagipula, karena hipnotisme meletakkan keinginan subyek/pasien di dalam kuasa dari yang menghipnotis, maka diperlukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga kebaikan subyek/pasien, dan untuk melindunginya dan orang lain terhadap bahaya menjadi bersalah karena tindakan-tindakan yang dapat melukai. Untuk alasan-alasan yang genting, seperti untuk menyembuhkan seorang pemabuk atau seseorang dengan kelainan yang kompleks ingin bunuh diri, adalah sah untuk menerapkan hipnotisme, asalkan dengan tindakan pencegahan bahwa hal itu diadakan dengan kehadiran seorang saksi yang dapat dipercaya, dengan seorang ahli hipnotis yang sungguh-sungguh kompeten dan jujur serta tulus. Izin dari subyek/pasien juga harus ada. Beberapa dokumen dari the Takhta Suci menetapkan norma-norma yang harus diikuti di dalam penggunaan hipnotisme. (The Holy Office, August 4, 1956; July 26, 1899).[9]

    Istilah

    Induksi

    Hipnotis biasanya dimunculkan dengan teknik Induksi hipnotik. Secara tradisional, keadaan ini diinterpretasikan sebagai sebuah metode untuk membuat subjek berada dalam keadaan ‘hypnotic kerasukan (trance)’. Bagaimanapun para pencetus teori ‘nonstate’ memiliki pandangan yang berbeda, yaitu mempertinggi harapan klien, menegaskan peran mereka, memfokuskan perhatian, dan lain sebagainya. Ada banyak variasi teknik induksi yang berbeda-beda menggunakan hipnotisme. Bagaimanapun, metode yang paling berpengaruh adalah metode ‘fiksasi mata’ (eye-fixation) Braid, yang dikenal juga dengan mana “Braidisme”. Ada banyak variasi pendekatan fiksasi mata yang ada, termasuk induksi yang digunakan pada Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHSS), pendekatan yang paling banyak digunakan secara luas pad lapangan hipnotisme.
    Deskripsi asli Braid terhadap induksinya adalah sebagai berikut: “Ambil objek yang terang (saya biasanya menggunakan tempat lanset saya) antara ibu jari, telunjuk, serta jari tengah tangan kiri, pegang dengan jarak 8 hingga 15 inci dari mata, pada posisi seperti ini, di atas dahi yang dapat menyebabkan tegangan antara mata dan alis, serta memampukan pandangan pasien terfiksasi pada objek tersebut.
    Pasien harus dapat mengerti bahwa pandangan matanya harus tetap terfiksasi terhadap objek tersebut, dan pikirannya terpusat pada satu objek. Dapat diamati, bagaimana penyesuaian pandangan mata, pertama-tama pupil akan berkontraksi dan kemudian berdilatasi, dan setelah mencapai lama yang maksimal, dapat terlihat gerakan bergelombang, bila jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan, diacungkan dan diarahkan dari benda mendekati kedua mata, sehingga objek akan menjauh dari mata, yang sering terjadi, kelopak mata akan tertutup secara tidak sadar dengan gerakan bergetar. Jika tidak terjadi, atau pasien menggerakkan bola matanya, menimbulkan keinginannya untuk memulai kembali, berikan pengertian kepadanya bahwa dia boleh menutup mata kita jari digerakkan lagi mendekati mata, tetapi pandangannya harus tetap terfiksasi, pada posisi yang sama, dan pikirannya terfiksasi pada satu ide yaitu pada benda yang dipegang di atas kedua matanya. Umumnya akan ditemukan, bahwa kelopak mata akan tertutup dengan gerakan bergetar, atau menutup secara spasmodik.” Braid sendiri kemudian menyatakan bahwa teknik induksi hipnotis tidak diperlukan untuk setiap kasus dan kebanyakan peneliti kemudian menemukan bahwa pada umumnya tidak banyak berguna daripada yang diperkirakan sebelumnya terhadap efek sugesti hipnotik. Banyak variasi dan alternatif dari teknik hipnotis asli telah berkembang. Bagaimanapun, sekitar 100 tahun setelah Braid memperkenalkan metode tersebut, peneliti lain masih menyatakan: 9 dari 10 teknik hipnotik yang aman adalah posisi bersandar, relaksasi otot, dan fiksasi pandangan disertai dengan penutupan mata.

    Sugesti

    Ketika James Braid pertama kali mendeskripsikan hipnotisme, dia tidak menggunakan istilah sugesti tetapi dimaksudkan pada tindakan untuk memfokuskan pikiran sadar subjek terhadap satu ide yang dominan. Strategi terapi utama Braid melibatkan stimulasi atau mengurangi fungsi fisiologis pada area tubuh yang berbeda. Pada karya berikutnya, bagaimanapun juga, Braid meletakkan dasar bentuk sugesti verbal dan nonverbal, termasuk penggunaan ‘sugesti bangun’ (waking suggestion) dan Hipnotis diri sendiri (self hypnosis). Setelah itu, penekanan hipnotis oleh Hippolyte Bernheim bergeser dari keadaan fisik pada proses psikologis sugesti verbal. Konsep Bernheim terhadap sugesti verbal primer pada hipnotis mendominasi subjek selama abad ke-20. Sehingga membuat beberapa pihak menyatakan bahwa ia adalah Bapak Hipnotis Modern. Hipnotisme kontemporer memakai berbagai macam sugesti, termasuk:
    Sugesti verbal langsung Sugesti verbal tidak langsung, seperti permintaan atau sindiran, metafora, dan ungkapan kata-kata pihak lain.
    Sugesti nonverbal dalam bentuk imajinasi mental, nada suara, dan manipulasi fisik. Perbedaannya pada umumnya ada antara sugesti yang diberikan dengan permisif atau dengan cara yang lebih otoriter. Beberapa sugesti hipnotis dimaksudkan untuk memberikan respon langsung, sedangkan lainnya (sugesti pascahipnotik) dimaksudkan untuk memicu respon setelah ada penundaan waktu selama beberapa menit hingga beberapa tahun pada beberapa kasus.

    Pikiran sadar vs pikiran bawah sadar

    Beberapa praktisi memahami sugesti sebagai suatu bentuk komunikasi primer langsung pada pikiran sadar subjek, sementara praktisi lain memandang sugesti sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar atau pikiran sadar. Konsep-konsep ini diperkenalkan dalam konsep hipnotisme pada akhir abad 19 oleh Sigmund Freud dan Pierre Janet. Perintis hipnotisme periode zaman Victoria, termasuk Braid dan Bernheim, tidak menggunakan konsep-konsep ini, tetapi mengakui bahwa sugesti hipnotis diarahkan kepada pikiran sadar subjek. Memang, sebenarnya Braid mendefinisikan hipnotisme sebagaimana berpusat kepada perhatian sadar terhadap suatu ide atau sugesti yang dominan. Pandangan berbeda mengenai sifat dasar pikiran telah menimbulkan berbagai konsep tentang sugesti. Praktisi hipnotis yang mempercayai bahwa respon yang dimediasi terutama oleh pikiran bawah sadar, seperti Milton H. Erickson, menciptakan berbagai macam kegunaan sugesti tidak langsung seperti metafora atau cerita, yang bermaksud untuk menemukan artinya dari pikiran sadar subjek. Konsep sugesti subliminal juga bergantung terhadap pola pikir. Sebaliknya, praktisi hipnotis yang percaya bahwa respon terhadap sugesti terutama dimediasi oleh pikiran sadar, seperti Theodore Barber dan Nicholas Spanos cenderung menggunakan lebih banyak sugesti dan instruksi verbal secara langsung.

    Refleks Ideo-Dinamis

    Teori neuro-psikologis sugestif hipnosis pertama kali diperkenalkan oleh James Braid yang mengadaptasi teori teman dan koleganya, William Carpenter tentang respon ideo motor untuk menjelaskan fenomena hipnotis. Carpenter telah mengamati secara dekat dari pengalaman sehari-hari tentang ide bahwa dalam kondisi tertentu, gerakan otot dapat cukup menghasilkan reflex, atau otomatisasi, kontraksi atau gerakan otot-otot yang terlibat, meskipun dalam derajat yang sangat kecil. Braid menjelaskan teori Carpenter untuk mengamati berbagai respon tubuh, selain gerakan otot, dapat dipengaruhi, contohnya, ide bahwa menghisap lemon secara otomatis dapat merangsang produksi air liur, sebagai respon kelenjar sekretorik. Oleh karena itu Braid mengadopsi istilah ‘ideo-dinamis’ yang berarti ‘kekuatan ide’ untuk menjelaskan berbagai gejala ‘psiko-fisiologis’ tubuh. Braid istilah ‘ide mono dinamis’ untuk merujuk pada teori bahwa hipnotis bekerja dengan memusatkan perhatian pada satu ide untuk memperkuat pada satu ide untuk memperkuat respon reflex ideo-dinamis. Variasi dasar atau teori sugesti ideo dinamis terus memegang pengaruh besar atas teori-teori hipnotsis berikutnya, termasuk Clark L.Hull, Hans Eysenck, dan Ernest Rossi. Perlu dicatat, bahwa pada Psikologi periode Victoria, kata ‘ide’ mencakup setiap representasi mental, contohnya, citra mental, atau ingatan, dan lain sebagainya.

    Sugesti Pascahipnotis (post-hypnotic)

    Diduga sugesti pascahipnotis dapat digunakan untuk mengubah perilaku seseorang setelah dihipnosis. Seorang penulis menyatakan bahwa ‘seseorang bisa bertindak beberapa waktu kemudian berdasarkan satu sugesti yang ditanamkan pada sesi hipnosis’. Seorang hipnoterapis mengatakan kepada salah satu pasiennya yang juga kawannya: “Ketika saya menyentuh jari Anda, Anda akan segera terhipnotis”. Empat belas tahun kemudian, pada sebuah pesta makan malam, ia menyentuh jari temannya tersebut dan kepala temannya segera jatuh terkulai di kursi.
    Kerentanan
    Braid membuat perbedaan kasar antara berbagai tahapan hypnosis yang disebut sebagai tahap kesadaran hipnotisme pertama dan ke dua. Kemudian ia menggantikan istilah ini dengan perbedaan antara tahapan ‘subhipnotis’, ‘hipnotis penuh’ dan ‘koma hipnotis’.. Jean-Martin Charcot membuat perbedaan serupa antara tahapan ini dengan nama berjalan saat tidur (somnambulism), kelesuan (lethargy), dan katalepsi. Namun Ambroise-Auguste Liebeault dan Bernheim memperkenalkan skala hipnotis yang lebih dalam, berdasarkan kombinasi tingkah laku, respon fisiologis dan respon subjektif. Sebagian di antaranya adalah akibat sugesti langsung dan sebagian akibat sugesti tidak langsung. Pada dekade pertama abad 20, skala kedalaman klinis digantikan oleh penelitian klinis. Skala yang paling berpengaruh adalah ciptaan Davis-Husband dan Friedlander-Sarben yang dikembangkan pada tahun 1930-an. Andre Weitzenhoffer dan Ernest R.Hilgard mengembangkan Skala Kerentanan Hipnotis Standford pada tahun 1959, yang terdiri dari 12 bagian tes sugesti diikuti dengan skenario hipnotis terstandardisasi induksi fiksasi mata dan kemudian menjadi salah satu pegangan penelitian yang paling banyak direfensikan di bidang hipnotis. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1962, Ronald Shor dan Emily Carota Orne mengembangkan skala kelompok yang mirip, disebut Skala Kerentanan Hipnotis Kelompok Harvard (Harvard Group Scale of Hypnotic Susceptibility (HGSHS)). Sedangkan teori yang lebih tua tentang kedalaman skala, mencoba untuk menyimpulkan tingkat ‘kerasukan (trance) hipnotis’ berdasarkan tanda-tanda yang dapat diamati, seperti amnesia spontan, kebanyakan pengukuran skala dari respon yang diamati atau dievaluasi sendiri terhadap tes sugesti spesifik, seperti sugesti langsung kekakuan lengan (katalepsi). Skala Standford, Harvard, dan skala kerentanan lain mengubah angka menjadi penilaian kerentanan seseorang seperti ‘tinggi’, ‘medium’, ‘rendah’. Diperkirakan 80% populasi berskala medium, 10% tinggi, dan 10% rendah. Nilai kemampuan hipnotis biasanya menetap tinggi pada masa hidup seseorang. Penelitan oleh Deirdre Barret menyatakan bahwa ada dua tipe subjek yang rentan yang disebut ‘Pengkhayal’ (Fantasizers) dan ‘Pemisah’ (dissociaters). Skor pengkhayal tinggi pada skala penyerapan sehingga mudah memblok stimulus dunia nyata tanpa hipnotis, sering kali berkhayal, melaporkan teman-teman khayalan pada saat kanak-kanak dan tumbuh dengan orang tua yang menyarankan permainan imajinasi. Pemisah sering memiliki riwayat penyiksaan anak atau trauma lainnya, belajar untuk lari pada kehampaan dan untuk melupakan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan. Kemampuan mereka untuk berkhayal sering menjadi kosong daripada khayalan kenangan yang samar-samar. Kedua nilai kelompok ini sama-sama tinggi untuk skala formal kerentanan hipnotis.
    Perilaku kognitif
    Di paruh ke dua abad ke dua puluh, ada dua faktor yang memberikan kontribusi bagi pengembangan pendekatan perilaku kognitif Hipnotis.
    1. Teori kognitif dan perilaku tentang hakikat Hipnotis (dipengaruhi oleh teori Sarbin dan Barber) menjadi semakin berpengaruh.
    2. Praktik hipnoterapi dan berbagai bentuk terapi perilaku kognitif tumpang tindih dan saling memengaruhi. Meskipun teori hipnotis perilaku kognitif harus dibedakan dari pendekatan perilaku kognitif untuk hipnoterapi, keduanya memiliki konsep serupa, terminologi, dan asumsi yang telah diinterintegrasikan oleh para peneliti dan klinisi yang berpengaruh seperti Irving Kirsch, Steven Jay Lynn, dan lain-lain.
    Pada awal terapi kognitif-perilaku pada tahun 1950-an, Hipnotis digunakan oleh para terapis perilaku awal seperti Yusuf Wolpe dan juga oleh para terapis kognitif awal seperti Albert Ellis. Barber, Spanos & Chaves memperkenalkan istilah "perilaku kognitif" untuk menggambarkan teori keadan tidak terhipnotis (nonstate) pada Hypnotism:Imagination & Human Potentialities (1974). Namun, Clark L. Hull telah memperkenalkan psikologi perilaku kembali ke tahun 1933, yang didahului oleh Ivan Pavlov. Bahkan, teori dan praktik awal dari hipnotisme, bahkan teori Braid, mirip dengan teori kognitif-perilaku dalam beberapa hal.

    Praktik hipnosis

    Praktik-praktik hipnotis pada awalnya dikenal sebagai teknik meditasi dari Timur (oriental). Praktik-praktik hipnotis yang dilakukan kini memiliki kesamaan dengan berbagai bentuk meditasi yoga oleh agama Hindu dan praktik-praktik spiritual kuno, seperti yang dideskripsikan oleh tulisan Persia kuno tentang berbagai macam ritual agama dan ritual penyembuhan yang dilakukan di Timur.[10]
    Dalam tulisannya di "Kekuatan Pikiran di atas Kekuatan Jasmani", walaupun James Braid menentang dalil-dalil kepercayaan pada fenomena ini, namun tulisannya menunjukkan bahwa meditasi dari Timur menghasilkan efek-efek hipotisme dalam kesendirian, tanpa hadirnya seseorang yang menghipnotis, sehingga ia melihatnya sebagai bukti bahwa hipnotisme terdapat dalam praktik-praktik kuno meditasi dan bukan dari teori-teori moderen maupun praktik aliran mesmerisme.[11].

    Kontroversi hipnotis

    Walaupun secara umum efek-efek dari hipnosis diakui, namun banyak perbedaan pendapat antara kalangan ilmuan dan klinis tentang bagaimana hipnosis bekerja.[12]
    Psikologis E.M Thorton (1976) memperluas analogi tentang hubungan antara hipnosis, aliran mesmerisme, dan sihir. Ia menekankan bahwa subjek yang dihipnotis pada dasarnya diminta untuk "menuju kondisi seperti pasien epilepsi ditirukan seperti sebuah parodi". Apabila subjek terlihat seperti kerasukan, maka hal ini diakibatkan karena kondisi kerasukan melibatkan konteks yang mirip secara sosio-kognitif, layaknya seseorang yang menerima peran yang diberikan kepadanya dan merasakan hubungan antara yang meminta dan diminta. Bagaimanapun hipnosis dilakukan, pada dasarnya hipnotisme, aliran mesmerisme, histeria, dan kerasukan setan memiliki dasar yang sama dimana konstruksi sosial di rancang oleh pelaku terapi yang antusias akan hal ini, pelaku pertunjukan (showmen), dan pendeta-pendeta atau pelaku ritual agama pada satu sisi - dan di sisi lain ada orang-orang yang mudah percaya, penuh imajinasi, penuh kesediaan, diikuti dengan kebutuhan emosional yang tinggi akan kemampuan orang lain untuknya.[13]

    Proses hipnotis

    proses terjadinya hipnotis syarat hipnosis:
    1. klien/subjek (orang yang di hipnosis), harus bersedia, tidak menolak untuk di hipnosis.
    2. menggunakan bahasa yang di mengerti
    3. hipnotist (orang yang menghipnosis) harus percaya diri
    Dengan keyakinan induksi hipnosis dapat dijalankan dan induksi itu sendiri ada bermacam-macam.
    • Pertama, membawa kesadaran seseorang ke posisi setengah sadar memasuki alam bawah sadar pasien.
    • ke dua, dilakukan pendalaman, tujuanya agar klien lebih rilek, memasuki alam bawah sadarnya lebih dalam lagi, dan membuat kondisi klien sangat fokus.
    • ke tiga, diberikan sugesti yang sesuai tujuan, kalau hipnosis panggung biasanya sugesti yang diberikan itu bersifat entertaintment, tetapi kalau dalam hipnosis kesehatan, penyembuhan (hipnoterapi), sugesti yang diberikan bertujuan untuk penyembuhan.
    • langkah terakhir adalah mengakhiri hipnotis, dan membawa klien ke posisi sadar dengan sugesti tertentu.


    Bye.. Thanks Guys
     
     
    Blogger Templates